Surabaya, 30 Juni 2025. Dalam rangka mendukung Indonesia Bersih Narkoba (BERSINAR) dan memperingati Hari Anti Narkotika Internasional (HANI), PLATO Indonesia bersama BBNK Surabaya dan Pemerintah Kota Surabaya menyelenggarakan Webinar Capacity Building Tematik Seri VII bertajuk “Masyarakat Peduli, Anak Terlindungi, Wujudkan Surabaya Bersih Narkoba”. Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya kolektif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap perlunya masyarakat terlibat dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba.
Rangkaian webinar dipandu oleh Anna Mahsusoh, S.KM., M.Kes selaku moderator, yang membuka acara dan memastikan alur kegiatan berjalan lancar. Sesi pertama diawali dengan paparan dari keynote speaker, yakni Kepala BNN Kota Surabaya, Kombes Pol Heru Prasetyo, S.I.K., M.Hum. Beliau menegaskan bahwa peringatan Hari Anti Narkotika Internasional (HANI) bukanlah ajang selebrasi, melainkan wujud keprihatinan global terhadap penyalahgunaan narkoba yang kian meluas. Beliau menyampaikan tidak ada satu pun negara di dunia ini yang terbebas dari permasalahan narkotika. Isu ini adalah ancaman nyata yang menembus batas usia, gender, bahkan status sosial. Beliau turut mengungkapkan kasus tragis seorang anak berusia 10 tahun di Sampang yang menjadi korban penyalahgunaan narkoba, sebuah bukti nyata bahwa ancaman ini bisa menjangkau siapa saja, khususnya anak-anak. Tak hanya itu, data menunjukkan bahwa 10% dari kasus pidana narkotika melibatkan perempuan yaitu ibu rumah tangga.
Upaya pencegahan pun telah dilakukan melalui berbagai regulasi, seperti kawasan tanpa rokok dan pembatasan peredaran minuman beralkohol. Di Surabaya sendiri, telah diterapkan kebijakan jam malam bagi pelajar. Namun, Kombes Pol Heru menekankan bahwa kebijakan ini tidak akan efektif tanpa keterlibatan aktif masyarakat. Sebagai penutup, beliau menyampaikan urgensi keterlibatan masyarakat “Perda No. 8 tahun 2024 dengan jelas dan tegas mengamanatkan partisipasi masyarakat yang bisa menjadi landasan aksi masyarakat untuk melindungi anak-anak kita, keluarga kita, lingkungan kita dari ancaman dan dampak buruk narkotika” pungkasnya penuh harap.
Sesi berikutnya dilanjutkan dengan pemaparan dari keynote speaker kedua, Dita Amalia, S.Sos., M.Psi., selaku Direktur PLATO Indonesia. Dalam paparannya, Dita mengungkapkan fakta yang mengkhawatirkan terkait tren penyalahgunaan narkoba. Berdasarkan data internal tahun 2023–2024, terjadi peningkatan jumlah klien rehabilitasi NAPZA di PLATO Indonesia, khususnya pada kelompok usia remaja dan perempuan. Ini menjadi indikasi bahwa kondisi pada anak dan perempuan sedang tidak baik baik saja. Ia menekankan perlunya penguatan kolaborasi lintas sektor melalui pendekatan hexsa helix, yang melibatkan pemerintah, dunia usaha, media, organisasi masyarakat, akademisi, tenaga profesional, dan seluruh penggiat anti-narkoba. Menurutnya, keterlibatan aktif semua unsur ini diperlukan, bukan hanya untuk pencegahan, tapi juga untuk penanganan dini yang lebih holistik dan berkelanjutan.
Menutup pemaparannya, Dita menyampaikan pernyataan yang menggugah: “Wilayah yang hebat bukan hanya yang zero kasus narkoba, namun wilayah yang masyarakatnya bergerak bersama melakukan pencegahan dan melawan peredaran narkoba”.
Memasuki sesi inti webinar, hadir narasumber yang telah lama berkecimpung dalam gerakan P4GN (Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkoba), yakni Ria Damayanti, S.H., M.M. Selain dikenal sebagai praktisi berpengalaman, beliau juga menjabat sebagai Dewan Pengawas PLATO Indonesia.
Mengawali sesi, Ria menyampaikan bahwa format kali ini akan lebih banyak berfokus pada dialog interaktif ketimbang paparan tunggal. Beliau menyatakan bahwa “anak adalah aset dan harta paling berharga bagi bangsa”. Untuk itu perlu adanya upaya dari semua pihak untuk menciptakan lingkungan yang aman agar dapat melindungi anak dari pengaruh narkoba. Sebagai pemantik diskusi, ia mengajak peserta untuk bersama-sama merefleksikan langkah konkret yang dapat dilakukan masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang aman dari narkoba. Ia kemudian memaparkan beberapa langkah nyata yang bisa dilakukan masyarakat:
- Pendidikan & kesadaran : masyarakat dapat membantu meningkatkan kesadaran tentang bahaya narkoba melalui pendidikan dan kampanye kesadaran;
- Pemantauan lingkungan : masyarakat dapat memantau lingkungan sekitar untuk mencegah peredaran narkoba dan melaporkan kegiatan mencurigakan kepada pihak berwajib;
- Dukungan keluarga: keluarga dapat memainkan peran penting dalam penyalahgunaan narkoba dengan memberi dukungan dan pengawasan kepada anak mereka;
- Kegiatan positif : masyarakat dapat menyediakan kegiatan positif seperti olahraga, seni, kegiatan sosial untuk mengalihkan perhatian generasi muda dari narkoba.
Sesi dilanjutkan dengan diskusi yang hidup, memperlihatkan tingginya antusiasme peserta. Beberapa pertanyaan strategis pun mengemuka:
🔹 Bagaimana strategi efektif untuk meningkatkan kesadaran di daerah terpencil?
Ria menekankan pentingnya memahami konteks sosiokultural sebelum menyusun strategi. Kita harus tahu apakah komunitas tersebut lebih kuat dalam budaya patriarkis, materialistik, atau bagaimana pola pengasuhan mereka. Dari situlah pendekatan bisa disesuaikan. Edukasi, lanjutnya, harus dilakukan secara kontekstual dengan melibatkan tokoh adat, guru lokal, kader kesehatan, hingga relawan yang mengakar di masyarakat.
🔹 Bagaimana jika ada tetangga yang terlibat narkoba?
Penting membedakan antara pengguna dan pengedar. “Jika pelakunya adalah pengedar, beliau menyarankan untuk jangan ditangani sendiri, karena bisa membahayakan kita. Segera laporkan ke dasa wisma, perangkat desa, Bhabinkamtibmas, atau pihak kepolisian untuk ditindaklanjuti. Namun, jika yang bersangkutan adalah penyalahguna, masyarakat dapat mendorong yang bersangkutan untuk mengakses layanan rehabilitasi. “Jika di Surabaya, dapat mengakses layanan rehabilitasi NAPZA PLATO” tambahnya. Masyarakat juga dapat menghubungi BNN Kota/ Kabupaten setempat untuk mengetahui tempat layanan rehabilitasi yang ada di wilayahnya.
🔹 Bagaimana menyikapi siswa yang masuk ke lingkaran narkoba?
Narasumber menekankan jika ada siswa yang menyalahgunakan narkoba, guru dan orang tua harus kerja sama untuk mengatasinya. Tidak kemudian satu satunya keputusan adalah mengeluarkan dari sekolah. Kalau dikeluarkan dari sekolah, maka itu hanya memindahkan masalah dan tidak membantu siswa tersebut. Perlu menjadi mindset bersama bahwa sekolah yang hebat bukan sekolah yang tanpa masalah narkoba, tetapi sekolah yang melakukan pencegahan dan jika ada siswanya menyalahgunakan narkoba maka sekolah berusaha membantu siswa agar berhenti dari menyalahgunakan narkoba, misalnya dengan memberikan akses layanan rehabilitasi NAPZA.
Dengan pendekatan dialogis, sesi ini bukan hanya menjadi ajang tukar pikiran, tetapi juga membangun kesadaran kolektif bahwa gerakan pencegahan narkoba akan lebih kuat bila digerakkan oleh elemen masyarakat dari bawah ke atas. Sebagai bentuk apresiasi atas partisipasi aktif peserta, PLATO Indonesia menyediakan tautan post test dan pendaftaran sertifikat di akhir sesi webinar. Untuk menyemarakkan suasana, diadakan 3 kuis berhadiah yang dapat diikuti langsung secara daring dan 1 hadiah khusus bagi peserta dengan pertanyaan terbaik. Kegiatan ini menjadi penutup yang interaktif sekaligus memperkuat pemahaman materi.
Melalui ragam aktivitas ini, PLATO berharap pesan edukatif dari webinar tak hanya berhenti di ruang diskusi, namun terus beresonansi melalui interaksi dan aksi nyata yang positif dan bermakna. Sampai bertemu di webinar selanjutnya!