Jum’at, 6 desember 2024. Orientasi Dukungan Kesehatan Mental Remaja 2024 terlaksana di Gedung Siola Surabaya ini dihadiri oleh 44 remaja yang berasal dari berbagai organisasi anak dan remaja. Organisasi Pelajar Surabaya, Forum Anak Surabaya, Advokat remaja, Perwakilan mahasiswa, Duta Oky Jawa Timur, Forum Anak Kelurahan, Duta INSAN, dan turut hadir tim dari Fasilitator Forum Anak Jawa Tengah beserta LPA Klaten menjadi peserta dalam kegiatan ini. Kegiatan yang diselenggarakan oleh PLATO dengan dukungan UNICEF ini melibatkan LPA muda sebagai panitia, pembawa acara dan sekaligus fasilitator dalam kegiatan ini.
Kegiatan dibuka oleh Maulana Irsyad dari LPA Muda yang mengawali dengan perkenalan tim dan sekaligus membacakan susunan acara. Diawali dengan arahan oleh Dita Amalia selaku Direktur Yayasan PLATO, yang menyampaikan tujuan penyelenggaraan kegiatan ini serta pentingnya mengenal, memahami dan menjaga kesehatan mental pada remaja. Dilanjutkan dengan arahan dari Child Protection Specialist Wilayah Jawa, Naning Pudji Julianingsih dan perkenalan tim Forum Anak Jawa Tengah beserta LPA Klaten.
Serangkaian kegiatan ini dikemas dengan pendekatan komunikasi antar pribadi. Sesi pertama diawali dengan membangun keakraban antar peserta oleh Annisa Taqwa, fasilitator dari PLATO. Fasilitator mengajak peserta untuk saling mengenal, berinteraksi sekaligus membentuk kelompok melalui permainan dan gerak lagu.
Semua peserta berkumpul dalam setiap kelompok yang sudah terbentuk dengan tema emosi (senang, sedih, marah, takut dan jijik). Fasilitator kemudian mengajak peserta terlibat dalam aktivitas pertama. Fasilitator membacakan beberapa pernyataan dan meminta peserta mengangkat sedotan jika jawaban sesuai dan menurunkan sedotan jika tidak sesuai. Hasilnya setiap peserta memiliki jawaban yang berbeda. Melalui aktivitas ini fasilitator menyampaikan bahwa perbedaan akan selalu ada dimanapun dan kapanpun. Hal tersebut bukan masalah besar dan remaja perlu fokus pada hal yang dapat dilakukan bersama dan saling mendukung satu sama lain.
Sesi selanjutnya disampaikan oleh Dita Amalia, fasilitator dari PLATO yang membahas kesehatan mental remaja yakni terkait regulasi emosi dan manajemen stres yang dikemas dengan prinsip saling berbicara dan mendengarkan. Mengawali sesi ini fasilitator mendorong peserta untuk memahami terlebih dahulu terkait apa itu kesehatan mental. Peserta aktif secara bergantian menyampaikan pendapatnya. Melalui aktivitas ini peserta memahami bahwa kesehatan mental remaja merupakan kondisi ketika remaja yang mampu menyadari potensi yang dimiliki, dapat mengatasi stres yang muncul dan kehidupan sehari-hari, bisa belajar dan melakukan aktivitas yang produktif serta memberikan kontribusi pada masyarakat melalui keterlibatan remaja. Peserta kemudian diajak untuk membuat Surat “Untuk Aku di Masa Datang”. Melalui aktivitas ini peserta belajar untuk mengungkapkan harapan yang dimiliki dan mengidentifikasi hal-hal yang penting dalam hidupnya.
Kegiatan dilanjutkan dengan mengajak peserta mendengarkan dan mendiskusikan bersama isi lagu yang berjudul satu-satu dari Idgitaf. Aktivitas ini membantu peserta memahami terkait mengenali emosi, jenis emosi serta manfaat dari emosi. Aktivitas dilanjutkan dengan mengundang dua orang perempuan korban NAPZA dari rehabillitasi rawat inap PLATO yang bersedia bercerita terkait pengalaman hidupnya dalam meluapkan emosi dengan menyakiti diri sendiri dan menyalahgunakan narkoba. Melalui kegiatan tersebut, diharapkan peserta dapat memahami tentang pentingnya regulasi emosi dan memunculkan kesadaran untuk menghadapi masalah dan merespon emosi dengan lebih tepat. Fasilitator kemudian mengajak peserta mengembangkan rasa mengasihi dan kebaikan terhadap diri sendiri. Aktivitas ini menjadi penting mengingat seringkali remaja mengabaikan perasaan diri, cenderung menyalahkan diri sendiri dan enggan memvalidasi emosi. Peserta didorong untuk menyadari bahwa mengalami emosi yang sulit bersifat wajar dan penting untuk menunjukkan kebaikan pada diri kita sendiri, seperti kita memperlakukan hal yang sama ketika teman kita dihadapkan pada kondisi yang sedang tidak baik-baik saja. Sesi ini juga menekankan pentingnya menerima emosi tanpa menghakimi karena kebutuhan setiap orang berbeda sehingga perlu memiliki strategi yang sesuai dengan diri kita masing-masing. Fasilitator kemudian mengajak peserta melakukan aktivitas meniup balon. Peserta diminta mengidentifikasi aktivitas yang memunculkan emosi negatif dan emosi positif. Melalui analogi kembang kempis balon, peserta belajar bahwa setiap orang memiliki pilihan untuk mengembangkan balon dengan mengisinya dengan tindakan positif atau sebaliknya membuat balon mengempis karena tindakan berisiko yang dipilih.
Fasilitator kemudian mengajak peserta untuk berdiskusi terkait dengan stres, penyebab dan bagaimana biasanya remaja mengatasi stres. Pada aktivitas ini fasilitator menekankan bahwa setiap orang memiliki cara berbeda dalam mengelola stres dan penting bagi remaja memahami apa yang membuat stres tersebut muncul. Selain itu, penting sekali untuk tidak membandingkan diri sendiri dengan orang lain karena setiap orang memiliki skala tekanan yang berbeda. Remaja perlu menyadari strategi yang dapat membantu menghilangkan stres alih-alih menimbulkan masalah baru dan mengancam kesejahteraan mental yang ada. Terakhir, semua peserta diminta untuk menuliskan aksi positif yang dapat dilakukan dalam mengelola stres yang muncul.
Sebagai bentuk aksi nyata dalam kegiatan ini, setiap kelompok yang didampingi oleh fasilitator dari PLATO dan LPA Muda didorong untuk membuat dan mempresentasikan karya positif seperti mengekspresikan emosi melalui gambar, mengekspresikan emosi melalui tulisan, mengekspresikan emosi melalui drama dan membuat konten digital terkait materi yang diterima hari ini. Sebelum kegiatan berakhir, peserta diminta untuk menuliskan kesan dan masukan dari pelaksanaan kegiatan ini. “Seru!”, “Menyenangkan!” , “Keren”! tulis sebagian peserta. Peserta juga berharap kegiatan ini tidak berhenti sampai disini agar mereka dapat terus menjadi pelopor dan pelapor terutama bagi teman sebayanya. Terakhir, semua peserta serentak melakukan butterfly hug sebagai pengingat bahwa mereka berharga dan berhak bahagia jiwa dan raga.